Sabtu, 09 Desember 2017

Lawang Sewu, Kantor Megah Peninggalan Belanda.

Gedung Utama Lawang Sewu

Jalan-jalan kali ini saya mengunjungi bekas bangunan kantor pada era kolonialisme Belanda, yaitu Lawang Sewu. Gedung ini dibuat pada tahun 1904 dan selesai dibangun tiga tahun kemudian. Nama kantornya adalah Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij, artinya apa, tuh? Nederlands-Indische yang berarti Hindia Belanda, Spoorweg artinya kereta api, dan Maatschappij artinya perusahaan. Jadi, kalau diartikan ke dalam bahasa Indonesia adalah Perusahaan Kereta Api Hindia Belanda.

Karena namanya yang panjang dan sulit dilafalkan oleh orang Indonesia, akhirnya kantor tersebut disingkat menjadi NIS. Lokasi kantor NIS ini ada di Kota Semarang, posisinya berhadapan langsung dengan Taman Wihelmina tapi sekarang sudah berubah menjadi monumen Tugu Muda.

Kantor NIS mulai dikenal dengan nama Lawang Sewu karena gedung tersebut memiliki banyak pintu. Nama Lawang Sewu sendiri berasal dari bahasa Jawa yang artinya seribu pintu. Meskipun sebenarnya pintu yang ada di Lawang Sewu, bahkan tidak mencapai seribu. 

Banyaknya pintu dan jendela di Lawang Sewu bukan tanpa sebab, lho. Tujuannya adalah supaya sirkulasi udara lancar, bisa dibayangkan gedung sebesar ini tidak memiliki ventilasi udara, bisa dipastikan udara di gedung tersebut akan sangat panas dan pengap. Oiya, perlu kalian ketahui kalau Lawang Sewu memiliki 928 pintu dan jendela. Jumlah yang wajar dimiliki oleh gedung perkantoran pada saat itu karena belum memakai pendingin ruangan.

Lawang atau pintu


it's Me! :D


kaca patri di gedung utama

Kaca patri ini bisa kalian lihat di gedung utama, letaknya ada di tengah-tengah tangga menuju ke ruang atas. Dari seluruh ruangan dan tempat yang ada di Lawang Sewu, saya paling suka tempat ini karena sinar matahari yang menembus kaca patri menghasilkan bayangan dan rona warna yang indah. Apalagi ruangan tersebut lumayan gelap dan tidak ada lampu penerangan sama sekali, hanya ada sinar matahari yang menerangi ruangan. Tempat ini juga menjadi tempat favorit bagi wisatawan untuk memotret.

Kaca patri tersebut menggambarkan tentang eksploitasi hasil alam Nusantara. Pada bagian tengah-atas terdapat simbol kota dagang di Nusantara, yaitu Batavia, Semarang, dan Surabaya. Juga terdapat gambar hewan dan tumbuhan yang melambangkan Nusantara sebagai negeri yang kaya.

Pada bagian tengah-bawah terdapat gambar Dewi Fortuna yang memakai baju merah dan di sebelahnya ada Dewi Sri, yaitu dewi padi dan dewi kesuburan. Mereka berdiri berhadap-hadapan.

Kaca patri tersebut menggambarkan, usaha Belanda dalam mengeksploitasi kekayaan alam Nusantara , untuk memperkaya Belanda dan keluarga kerajaannya dan kegiatan tersebut dilindungi oleh Dewi Fortuna. Lalu, pada gambar Dewi Sri, saya sendiri kurang paham mengapa ada beliau di kaca patri tersebut. Kalau menurut saya, Dewi Sri sebagai simbol dewi kesuburan diharapkan menyuburkan tanah Nusantara agar selalu bisa ditanami sehingga bisa dijual. Correct me if I’m wrong :D

Lalu, di bagian kanan kaca patri terdapat gambar ratu Belanda dan di bagian kiri terdapat simbol kota-kota dagang di Belanda, yaitu Rotterdam, Den Haag, dan Amsterdam.

Waktu saya berkunjung ke Lawang Sewu banyak ruangan yang ditutup karena sedang direnovasi. Salah satunya yang sedang direnovasi adalah ruang bawah tanah yang pada masa penjajahan Jepang beralih fungsi menjadi penjara bawah tanah. 

Hal yang saya dapatkan ketika mengunjungi Lawang Sewu adalah, bahwa Belanda datang ke Indonesia memberikan kita pelajaran berharga, khususnya pada tata kota dan bangunan. Posisi Semarang yang berada di dekat laut, membuat suhu udara di sana panas dan hal itulah yang membuat Belanda membuat ruang bawah tanah. Ruang bawah tanah tersebut berfungsi sebagai saluran air atau drainase dan fungsi lainnya adalah supaya bangunan di atasnya tetap sejuk. Yup, Belanda memperhatikan lingkungan di sekelilingnya ketika akan membangun Lawang Sewu. Sama halnya seperti pencuri, mereka pasti memiliki sisi baik di dalam dirinya, begitu pula dengan Belanda. 


Lawang Sewu buka mulai pukul 07.00 - 21.00 WIB dan untuk harga tiketnya bervariasi, yaitu untuk dewasa merogoh kocek Rp10.000,-, anak-anak Rp5.000,-, dan untuk pelajar dikenakan biaya Rp5.000,-. 

Lawang Sewu sangat mudah dijangkau karena lokasinya yang berada di pusat kota sehingga mudah menemukan transportasi umum yang menuju Lawang Sewu, atau bila ingin praktis dapat menggunakan ojek online.

So, jangan lupa berkunjung ke Lawang Sewu bila sedang berlibur di Semarang. This place is worth to visit! :D


See you on my next experiences! :D
by Bilqis (Feature)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar