Jalan-jalan kali ini saya
mengunjungi bekas bangunan kantor pada era kolonialisme Belanda, yaitu Lawang
Sewu. Gedung ini dibuat pada tahun 1904 dan selesai dibangun tiga tahun
kemudian. Nama kantornya adalah Nederlands-Indische
Spoorweg Maatschappij, artinya apa, tuh? Nederlands-Indische yang berarti Hindia Belanda, Spoorweg artinya kereta api, dan Maatschappij artinya perusahaan. Jadi,
kalau diartikan ke dalam bahasa Indonesia adalah Perusahaan Kereta Api Hindia
Belanda.
Karena namanya yang
panjang dan sulit dilafalkan oleh orang Indonesia, akhirnya kantor tersebut disingkat
menjadi NIS. Lokasi kantor NIS ini ada di Kota Semarang, posisinya berhadapan
langsung dengan Taman Wihelmina tapi
sekarang sudah berubah menjadi monumen Tugu Muda.
Kantor NIS mulai
dikenal dengan nama Lawang Sewu karena gedung tersebut memiliki banyak pintu.
Nama Lawang Sewu sendiri berasal dari bahasa Jawa yang artinya seribu pintu. Meskipun sebenarnya pintu yang ada di
Lawang Sewu, bahkan tidak mencapai seribu.
Banyaknya pintu dan
jendela di Lawang Sewu bukan tanpa sebab, lho.
Tujuannya adalah supaya sirkulasi udara lancar, bisa dibayangkan gedung sebesar ini tidak memiliki ventilasi udara, bisa dipastikan udara di gedung tersebut akan sangat panas dan
pengap. Oiya, perlu kalian ketahui kalau Lawang Sewu memiliki 928 pintu dan
jendela. Jumlah yang wajar dimiliki oleh gedung perkantoran pada saat itu karena
belum memakai pendingin ruangan.
Lawang atau pintu
it's Me! :D
kaca patri di gedung utama
Kaca patri ini bisa
kalian lihat di gedung utama, letaknya ada di tengah-tengah tangga menuju ke
ruang atas. Dari seluruh ruangan dan tempat yang ada di Lawang Sewu, saya
paling suka tempat ini karena sinar matahari yang menembus kaca patri
menghasilkan bayangan dan rona warna yang indah. Apalagi ruangan tersebut
lumayan gelap dan tidak ada lampu penerangan sama sekali, hanya ada sinar
matahari yang menerangi ruangan. Tempat ini juga menjadi tempat favorit bagi wisatawan untuk memotret.
Kaca patri tersebut
menggambarkan tentang eksploitasi hasil alam Nusantara. Pada bagian tengah-atas
terdapat simbol kota dagang di Nusantara, yaitu Batavia, Semarang, dan
Surabaya. Juga terdapat gambar hewan dan tumbuhan yang melambangkan Nusantara
sebagai negeri yang kaya.
Pada bagian
tengah-bawah terdapat gambar Dewi Fortuna yang memakai baju merah dan di
sebelahnya ada Dewi Sri, yaitu dewi padi dan dewi kesuburan. Mereka berdiri
berhadap-hadapan.
Kaca patri tersebut menggambarkan, usaha Belanda dalam mengeksploitasi kekayaan alam Nusantara , untuk memperkaya Belanda dan keluarga kerajaannya dan kegiatan tersebut
dilindungi oleh Dewi Fortuna. Lalu, pada gambar Dewi Sri, saya sendiri kurang paham mengapa ada beliau di kaca
patri tersebut. Kalau menurut saya, Dewi Sri sebagai simbol dewi kesuburan
diharapkan menyuburkan tanah Nusantara agar selalu bisa ditanami sehingga bisa dijual. Correct me if I’m wrong :D
Lalu, di bagian kanan
kaca patri terdapat gambar ratu Belanda dan di bagian kiri terdapat simbol
kota-kota dagang di Belanda, yaitu Rotterdam, Den Haag, dan Amsterdam.
Waktu saya berkunjung ke Lawang Sewu banyak ruangan yang ditutup karena sedang direnovasi. Salah satunya yang sedang direnovasi adalah ruang bawah tanah yang pada masa penjajahan Jepang beralih fungsi menjadi penjara bawah tanah.
Hal yang saya dapatkan ketika mengunjungi Lawang Sewu adalah, bahwa Belanda datang ke Indonesia memberikan kita pelajaran berharga, khususnya pada tata kota dan bangunan. Posisi Semarang yang berada di dekat laut, membuat suhu udara di sana panas dan hal itulah yang membuat Belanda membuat ruang bawah tanah. Ruang bawah tanah tersebut berfungsi sebagai saluran air atau drainase dan fungsi lainnya adalah supaya bangunan di atasnya tetap sejuk. Yup, Belanda memperhatikan lingkungan di sekelilingnya ketika akan membangun Lawang Sewu. Sama halnya seperti pencuri, mereka pasti memiliki sisi baik di dalam dirinya, begitu pula dengan Belanda.
Lawang Sewu buka mulai pukul 07.00 - 21.00 WIB dan untuk harga tiketnya bervariasi, yaitu untuk dewasa merogoh kocek Rp10.000,-, anak-anak Rp5.000,-, dan untuk pelajar dikenakan biaya Rp5.000,-.
Lawang Sewu sangat mudah dijangkau karena lokasinya yang berada di pusat kota sehingga mudah menemukan transportasi umum yang menuju Lawang Sewu, atau bila ingin praktis dapat menggunakan ojek online.
So, jangan lupa berkunjung ke Lawang Sewu bila sedang berlibur di Semarang. This place is worth to visit! :D
See you on my next experiences! :D
by Bilqis (Feature)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar